Strategi Pencegahan Cedera Ginjal Akut Selama Operasi Jantung dan Vaskular

Cedera Ginjal Akut (AKI) merupakan komplikasi serius yang umum terjadi pada pasien yang menjalani operasi jantung dan vaskular. Insiden AKI pasca-operasi dapat berkisar antara 5% hingga 30% atau lebih, tergantung definisi dan jenis operasi. AKI tidak hanya meningkatkan morbiditas dan mortalitas jangka pendek, tetapi juga dikaitkan dengan peningkatan risiko penyakit ginjal kronis (PGK) jangka panjang dan kebutuhan dialisis. Oleh karena itu, penerapan strategi pencegahan cedera ginjal akut yang efektif adalah prioritas utama.

Mekanisme Terjadinya AKI dalam Operasi Jantung dan Vaskular:

Beberapa faktor berkontribusi terhadap perkembangan AKI dalam konteks ini:

  • Iskemia-Reperfusi: Penurunan aliran darah ke ginjal selama operasi (iskemia) diikuti dengan kembalinya aliran darah (reperfusi) dapat memicu kerusakan seluler. Ini sering terjadi selama cross-clamping aorta pada operasi vaskular atau penggunaan cardiopulmonary bypass (CPB) pada operasi jantung.
  • Inflamasi Sistemik: Respons inflamasi yang dipicu oleh trauma bedah atau CPB dapat merusak ginjal.
  • Nefrotoksin: Penggunaan agen kontras radiografi, obat-obatan seperti antibiotik tertentu, atau transfusi darah dapat memengaruhi fungsi ginjal.
  • Hipotensi: Tekanan darah rendah yang berkepanjangan selama operasi mengurangi perfusi ke ginjal.
  • Emboli: Pecahan plak atau trombus dapat lepas dan menyumbat pembuluh darah ginjal.

Strategi Pencegahan Cedera Ginjal Akut:

Pencegahan AKI memerlukan pendekatan multidisiplin yang komprehensif, dimulai dari penilaian pra-operasi hingga manajemen pasca-operasi:

  1. Optimasi Pra-Operasi:
    • Identifikasi Pasien Berisiko Tinggi: Pasien dengan PGK yang sudah ada, usia lanjut, diabetes, gagal jantung, atau yang akan menjalani operasi kompleks memiliki risiko lebih tinggi.
    • Penghentian Obat Nefrotoksik: Obat-obatan seperti ACE inhibitor, ARB, atau NSAID harus dihentikan sementara sebelum operasi jika memungkinkan.
    • Koreksi Anemia dan Gangguan Elektrolit: Memastikan status hemodinamik dan elektrolit yang optimal.
  2. Manajemen Intraoperatif:
    • Pemeliharaan Hemodinamik Stabil: Menjaga tekanan darah rata-rata (MAP) yang adekuat untuk memastikan perfusi ginjal yang cukup. Penggunaan vasopresor dapat dipertimbangkan jika diperlukan.
    • Manajemen Cairan yang Bijak: Mencegah dehidrasi atau overload cairan yang dapat memperburuk AKI.
    • Meminimalkan Waktu Iskemia: Pada operasi vaskular, meminimalkan durasi cross-clamping aorta. Pada operasi jantung, optimalkan manajemen CPB, termasuk teknik off-pump jika sesuai.
    • Membatasi Penggunaan Kontras: Jika pencitraan intraoperatif memerlukan kontras, gunakan volume seminimal mungkin dan pastikan hidrasi yang adekuat.

Mungkin Anda juga menyukai